Filsafat Alquran

Plot

Al-Quran adalah hakikat eksistensi yang hadir melalui Tajalli llahi, yang melintasi setiap tingkatan eksistensial: dari Halt, Lahut, Jabarut, Malaku hingga Nasut. la menembus sctiap lapisan alam, dari yang paling ruhani hingga yang paling material. Hakikatnya terhubung tanpa terputus. Olch karena itu, kata yang digunakan oleh Al-Qur'an adalah Nazzala, bukan Tajaa, yang menunjukkan bahwa Al-Qur`an terulur dari atas ke bawah dan juga naik dari bawah ke atas. Dalam dimensi Ilahiah, Al-Qur`an turun, namun dari sisi insaniah, ia naik.

Al-Qur`an bukanlah buku biasa, bukan pula perkatan pribadi Nabi saw. Beberapa pemikir Islam yang tidak mempelajari filsafa terkadang mengılami kesulitan dalam menjelaskan kata-kata yang digunakan dalam Kitab Suci ini, bahkan terjebak pada pandangan bahwa ayat-ayat dalam Al-Qur`an sebagai kata-kata yang dipilih oleh Nabi saw dalam memahami wahyu yang hanya berupa makna simbolik. Pemahaman ini terjadi karena mereka tidak memahami ketunggalan realitas.

Secara ontologis, Al-Qur`an adalah eksistensi hakiki dan bukan relatif. Secara epistemologis, Al-Quran membuka kesadaran manusia untuk melihat realitas hakiki dan mutlak, serta memisahkannya dari hal-hal yang i'tibari (relatif). Secara aksiologis, Al-Qur'an membimbing manusia menuju kesempurnaan. Al-Quran membimbing manusia dalam perjalanan kemanusiaan, dari tingkat yang paling rendah hingga yang paling tinggi. Buku yang ada di tangan Anda sat ini mengajak untuk memahami Al-Qur`an dari perspektif yang berbeda, melihatnya sebagai eksistensi yang hidup dan menghidupkan. Pembahasannya disajikan dengan bahasa yang berbagai kalangan sederhana, mengalir, dan mudah dipahami schingga dapat dipahami oleh berbagai kalangan.