400
700
900
Catatan Kang Jalal
KH. Dr. Jalaluddin Rakhmat, MSc

Catatan Kang Jalal

Visi Media, Politik dan Pendidikan

Rosda (Sep 1997)
I
9795146734
| Softcover
508 pages | Indonesia | Indonesia

Genre

  • Referensi
  • Tafsir

Credits

Editor Miftah F. Rakhmat
Cover Artist A. Sutisna

Personal

Quantity 1
Read
Index 46
Added Date May 29, 2014 04:51:38
Modified Date Oct 29, 2024 03:47:28

Value

Purchased Dec 04, 2001 at Makassar for $ 30000.00
Condition Bagus

Notes


".... Ini kisah Jalaluddin Rumi dalam Matsnawi. Saya tersinggung dengan tulisan Rumi. Ia mengejek saya yang menghabiskan usia hanya untuk mempertahankan 'gelar' kecendekiawan yang dinisbatkan kepadaku. Sayalah si bijak di pinggir jalan, yang bicara besar dan bertindak kecil. Saya menganalisa masalah besar tetapi tidak satu pun memberikan penyelesaian. Semua tulisan dalam buku ini adalah kebijakan palsu. Seperti si bijak dalam cerita Rumi, saya belum menemukan jawaban final untuk masalah-masalah yang saya analisa itu, saya menjawab: Sakit kepala dan khayalan hampa".

Itulah sepercik refleksi yang dilontarkan Kang Jalal, panggilan akrab Jalaluddin Rakhmat. Singkat (dalam kata) namun padat (dengan makna). Pedas (dengan kritikan ) namun manis (dalam sajian). Kang Jalal mengiritik sistem pendidikan Indonesia dan menghujat media yang cenderung mendiskriminasikan Islam. Ia memandang Gus Dur sebagai seorang politisi dan Amien Rais sebagai Sang Pembaharu. Sebagai seorang warga negara, Kang Jalal menyatakan kekhawatirannya akan fenomena-fenomena sosial yang terjadi belakangan ini. Dengan cermat, ia menganalisa mitos-mitos 'kerusuhan sosial'. Dengan hati-hati, ia mempelajari pasang surut percaturan politik, tidak hanya di Indonesia, tetapi dunia Islam pada umumnya. Ungkapan Kang Jalal di bawah ini, kiranya pas untuk melukiskan perjalanannya dalam buku ini : Inilah hasil pengembangan pikiran yang melelahkan. Anda tidak bakal menemukan kebijakan di dalamnya. Anda jauh lebih arif dariku. Anda telah menemukan kehidupan, saya masih mencarinya.

Pembaca, bersama Kang Jalal, marilah kita mencari makna kehidupan, tidak sebagai boneka media, budak politik, atau pun korban pendidikan melainkan sebagai manusia merdeka.