Ibarat ice cream, selain lezat buku ini sangat bergizi tinggi. Ceritanya mengalir, bahasanya imajinatif, rasionalitasnya terjaga, dan yang paling membuat enak dibaca mungkin adalah kepiawaian penulisnya membuat nilai-nilai dan gagasan-gagasan 'emas'-nya begitu hidup dan berwatak, bak lakon-lakon teater yang sedang ditonton.
Inti gagasan 'emas' penulis yang adalah seorang pemikir besar Islam ini, tak lain adalah inti ajaran islam, yakni moralitas atau akhlak. Tapi moralitas dalam arti seutuhnya. Yakni moralitas yang karena begitu luas dan mendalam maknanya sulit tertangkap dan terpikirkan orang kecuali lewat cerita ringan. Termasuk ke dalam moralitas ini misalnya adalah: (tolong jangan heran dulu) rasionalitas, obsesi memperoleh harta, obsesi berkuasa, dan seterusnya.
Dengan begitu, diam-diam dia sedang menanamkan semacam 'obsesi suci', yakni obsesi untuk berharta dan berkuasa karena justru ingin mempersembahkan akhlak mulia. Dan memang, moralitas itu sebenarnya baru benar-benar teruji manakala sang pelaku sudah serba bisa dan berkuasa.